kotabontang.net - Vira si gadis cantik asal Bontang yang saat ini menjabat sebagai asisten manajer di Bank Indonesia ternyata pernah mengukir prestasi lainnya; kuliah di dua negara sekaligus. Saat itu, Vira dipercaya menjadi salah satu pertukaran mahasiswa. Mewakili The School of Business and Management Institut Teknologi Bandung (SBM-ITB), dirinya dikirim ke University of Groningen di Belanda. "Iya, jadi pas kuliah aku jadi perwakilan dari SBM-ITB untuk exchange program (pertukaran pelajar, Red.) di University of Groningen selama 1 semester di semester 7. Nah selama sekolah itu aku sempet traveling ke beberapa negara," ceritanya.
Kata dia, bisa kuliah di luar negeri saat itu gara-gara ITB bersama University of Groningen Belanda memang ada kerja sama untuk exchange program satu semester. "Nah tiap tahun di seleksi. Antara lain IPK (Indeks Prestasi Kumulatif, Red.) di atas 3.5. IELTS (The International English Language Testing System, Red.) di atas 6," katanya. Selain itu, untuk bisa lolos mahasiwa juga dinilai dari keaktifan dalam organisasi. "Dilihat dari CV (Curriculum Vitae, Red.). Dari satu angkatan 169 orang terpilih lah 4 orang yang berangkat termasuk aku. Disana tuition fee-nya gratis karena suda kerjasama itu," jelasnya.
Ia mengatakan, saat itu dia masuk di jurusan International Business and Management. "Seneng banget bisa dapet kesempatan itu. Karena metode belajarnya totally different sama di Indonesia. Dan bisa bertukar pikiran dengan temen-teman dari negara dan culture yang berbeda. Enggak cuma dari Belanda tapi juga dari negara-negara tetangga di Eropa dan Asia. Seperti Jerman, Ukraina, Prancis, Tiongkok, India, Bulgaria, dan lain-lain, kata dia. Jiwa berpetualangan memang sudah tertanam sejak kecil," ujarnya.
Sebelum hijrah sana-sini, Vira mengaku juga punya harapan besar terhadap Bontang. Dulu, ayahnya yakni Zulkifli Arman, pernah mencoba maju dalam bursa calon walikota Bontang. Meski belum terpilih, namun Vira yakin untuk mewujudkan Bontang lebih sejahtera tidak mesti terjun di politik. "Sebenernya aku sama papa punya semangat yang sama pengin lihat Bontang lebih maju dari sekarang. Baik dari segi infrastruktur apalagi infrastruktur antar kota antar provinsi. Perekenomian daerah, pemerataan tenaga kerja, dan lain sebagainya," jelasnya.
"Mungkin juga karena bisa dibilang papa dari tahun 1983 sampai 2011 kan kerja di Bontang (PT Pupuk Kaltim, Red.) dan aku juga dari 1991 sampai 2006 tinggal di Bontang dan kita sama-sama bisa ngeliat kalau Bontang bisa lebih baik dari yang sekarang. Tapi, menurutku membantu Bontang untuk lebih baik, enggak cuma dari jalur politik aja," sambungnya. Dirinya ingin membuat Bontang lebih maju dari segi profesi yang lebih profesional.
Jalur bank misalnya. Yang dirinya lakoni saat ini. "Aku di YPK dari TK sampai SMP aja tahun 2006. Trus lanjut SMA di SMA dwiwarna (boarding school) Bogor. He he, sekolah asrama. Baru abis itu pindah Bandung buat kuliah. Jadi BBB (Bontang-Bogor-Bandung, Red.). Tapi intinya, ke depannya aku lebih siap-siap aja untuk masuk dari jalur sosial. Dan untuk saat ini aku memilih untuk bekerja sebagai profesional di Bank Indonesia, tidak di ranah politik," tutupnya.
Tidak semua orang bisa bekerja di bank sentral seperti Bank Indonesia. Dari ribuan pegawai Bank Indonesia, ternyata ada 3 orang Bontang yang mampu bekerja di tempat bergengsi itu. Nama Vira Cania Arman misalnya. Si cantik lulusan Yayasan Pupuk Kaltim (YPK) itu berhasil menjadi 3 remaja daerah asal Kota Taman yang mampu meniti karir di bank pelat merah tersebut. Bukan hanya itu saja, Vira ternyata juga memiliki posisi yang manis di Bank Indonesia. Lulusan Strata 1 (S1) Institut Teknik Bandung (ITB) itu usut punya usut rupanya menjabat sebagai asisten manajer di Bank Indonesia.
Saat klikbontang.com mewawancarainya via Facebook, Vira mengaku tak menyangka bisa bekerja di Bank Indonesia. Awalnya, kata dia, proses seleksi bermula saat dia masih duduk di bangku kuliah. "Jadi aku tuh enggak pernah kepikiran buat daftar di Bank Indonesia, kerja di bank sentral, ha ha ha. Waktu itu awalnya aku masih kerja di project perusahaan oil dan gas di Jakarta dari lulus kuliah sampai November 2012. Terus tiba-tiba dapet telepon dari tempat kuliah untuk ikut seleksi pegawai setingkat asisten manajer di Bank Indonesia," cerita dia.
Ia pun mengikuti tes tersebut. Saat itu, kata dia, tes yang dilakukan Bank Indonesia memang merupakan seleksi yang tertutup. "Jadi Bank Indonesia bikin seleksi tertutup untuk 15 universitas terpilih se-Indonesia dan dari jurusan yangg ditunjuk (ekonomi, hukum, teknik industri, sistem informasi, Red.). Dari masing-masing jurusan dan universitas tersebut mengirimkan 10 mahasiswa nya untuk seleksi. Alhamdulillah aku jadi 1 diantara 65 yang lolos dan kerja di sini," ungkapnya.
Dalam perjalananya sebagai asisten manajer di Bank Indonesia, memang tak begitu banyak rintangan yang dihadapi anak Zulkifli Arman itu. Sebelum di tempatkan di Bank Indonesia di Samarinda, dirinya harus melakukan pendidikan terlebih dahulu selama 9 bulan di Jakarta. "Ha ha ha, kayaknya ini gara-gara mitos minum air sungai Mahakam deh makanya balik lagi ke Kalimantan," candanya.
Kepada klikbontang.com, ia menceritakan, sebagai asisten manajer di pengawasan biasanya sehari-hari ia bekerja di sistem pembayaran untuk wilayah kerja Kalimantan Timur (Kaltim) dan Kalimantan Utara (Kaltara). Dimana secara tugas, ia memiliki tanggung jawab memastikan bahwa sistem pembayaran yang berjalan di Kaltim dan Kaltara berjalan lancar dan efisien. Antara lain pengawasan ke perusahaan money changer yang beroperasi di Kaltim dan Kaltara. "Bank Indonesia juga lagi aktif mensosialisasikan gerakan nasional non tunai atau less cash society yaitu penggunaan alat pembayaran menggunakan kartu (kartu debet, kredit maupun e-money, Red.) ke daerah-daerah termasuk ke mahasiswa di sini. Terus juga membantu kepolisian Kaltim untuk jadi saksi ahli dikasus-kasus yang terkait sistem pembayaran," pungkasnya.
Sumber :