kotabontang.net - Tak pernah terbayangkan bagi saya sebelumnya untuk bisa menginjakkan kaki di tanah tertinggi di Nusa Tenggara Barat. Gunung Rinjani terletak di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Gunung ini merupakan gunung berapi tertinggi kedua di Indonesia dengan ketinggian 3726 mdpl. Keindahan Gunung Rinjani sendiri terletak pada Danau Segara Anakan dengan sebuah anak gunung bernama Gunung Baru Jari (2376 mdpl) yang terletak didalam kaldera Gunung. Untuk menuju puncak gunung dapat ditempuh melalui dua jalur, yaitu Jalur Sembalun dan Jalur Senaru. Rute Sembalun lebih panjang dari Senaru karena topografinya yang agak panjang dan landai serta cuaca lebih panas karena melalui savana yang terik, disarankan untuk lewat rute ini pakailah krim penahan panas matahari. Untuk rute Senaru medan lebih berat karena berupa tanjakan tanpa jeda, tetapi cuaca lebih bersahabat karena melalui hutan. Jika lewat Senaru nantinya akan melalui danau Segara Anakan terlebih dahulu, sedangkan untuk Sembalun jika mau ke danau, dari Plawangan Sembalun harus turun dulu sekitar 3 jam untuk sampai danau.
Cukup segitu aja perkenalan sama Gunung Rinjaninya. Bagi yang sudah penasaran dengan cerita saya, let’s cekidot....
Perjalanan 7 hari dari tanggal 1-7 November 2013 ini kami beri nama ekpedisi “Touching Rinjani”. Total personil kami ada 3 orang, terdiri dari saya sendiri, Rendy Irawan(seorang mahasiswa Manajemen semester 1 salah satu Universitas Negeri di Semarang), Mr. Saptono atau lebih lazim dipanggil Mas Sap (personil paling berumur diantara kami bertiga, sosok seorang bapak yang sayang pada anaknya, bagi beliau umur tak jadi masalah, yang penting semangat tetap muda), lalu personil terakhir dari kami, Mr. Rohman Nur Solih(Seorang pekerja keras asal Kebumen, Jateng, yang mencari sosok wanita yang sepaham dengannya untuk dijadikan pendamping hidup, dan yang alhamdulillah sekarang sudah ketemu:D).
Cerita dimulai pada hari Jumat, 1 November 2013. Tanpa hujan, gledek, guntur dan rencana tiba-tiba hari itu Mas Sapto mengajak saya untuk pergi ke Rinjani via sms. Dengan berbagai pertimbangan yang agak panjang saya pun mengiyakan ajakan tersebut dengan konsekuensi harus bolos kuliah dan kegiatan yang hari itu saya termasuk panitianya. Tapi tak apalah, yang penting hati senang. Cus pulang kuliah, langsung bersiap packing. Rencananya saya dan Mas sap berangkat dari Semarang dan Mas Rohman berangkat dari kebumen lalu ketemuan di Surabaya. Langsung aja, berikut kronologi perjalanan kami:
DAY 1
Pukul 21.00 WIB start dari Kos saya di daerah Gunungpati, Semarang kami berangkat naik motor. sampai RST Semarang, motor kami parkir disitu lalu kami naik Taxi sampai ke Pasar Johar, karena sudah malem dan jarang angkutan, yah terpaksalah naik Taxi, tarif argo Rp15.000. Dari Johar kami naik angkot menuju Terminal Terboyo tarif perorangnya Rp5.000.
Pukul 22.30 WIB Start dari Terminal Terboyo Semarang kami naik Bus ke Surabaya, AC @Rp80.000 sudah termasuk makan. Kami sempat transit di Tuban, Jawa Timur untuk menikmati paket makan yang telah disiapkan oleh armada busnya.
DAY 2
Pukul 06.05 WIB tiba di terminal Bungurasih Surabaya. Sampai terminal kami disambut meriah oleh para fans layaknya seorang atlet juara dunia yang baru saja tiba di bandara, tapi bedanya yang menyambut kami bukannya fans tapi para calo-_-. Kami jalan cuek aja meninggalkan mereka menuju masjid terminal menemui Mas Rohman yang telah tiba duluan di Surabaya. Sedikit beristirahat dan mengecek barang bawaan, kami lanjutkan perjalanan naik bus yang rencananya turun di Probolinggo lalu lanjut bus lagi ke Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi. Takut dikerubungi calo, saya dan Mas Rohman mencari bus tujuan Probolinggo dulu tanpa menggunakan tas. Setelah ketemu busnya, kami berdua kembali keruang tunggu menemui Mas Sap dan mengambil tas lalu tancap masuk menuju bus.
Bus Surabaya-Probolinggo, eko @Rp47.000. Apes!! sampai di sebuah kota (entahlah, soalnya waktu kami gak terlalu konsen liat dimana lokasi kami waktu itu), kami dioper ke bus lain. Dan apesnya lagi bus yang kami tunggangi tersebut salah jurusan dan hanya berhenti di Jember tidak sampai ke pelabuhan ketapang, Banyuwangi. Seharusnya dari kota itu ke Probolinggo kami naik bus Banyuwangi jalur pantura yang lewat Taman nasional Baluran bukan malah lewat jalur tengah, (maklumlah waktu itu suasana hati lagi jengkel hihi:D)..... Pukul 12.15 WIB Dari Jember kami naik bus lagi, takut tanggung nanti ongkosnya, akhirnya kami putuskan langsung cari bus yang tujuannya Terminal Ubung, Denpasar Bali. Jangan lupa tawar-tawar dulu sama bapak kondekturnya, AC @Rp60.000. Selama perjalanan di Bus keliatan yang paling sengsara adalah Mas Rohman, pasalnya sepanjang perjalanan, beliaunya ada masalah perut, komplikasi akut antara pemasukan dan pengeluarannya, haha bahasa Jermannya sih Mules wkwk :D
Pukul 17.35 WIB sampai Di Pelabuhan Ketapang. Cus turun dari bus naik ke dek kapal, angin laut sepoy-sepoy cuyyy :D. Sekitar 45 menit kemudian, akhirnya sudah berpindah pulau, BALI! Jangan lupa kalo sudah sampai pelabuhan Gilimanuk Bali, siapkan KTPnya masing-masing ya, soalnya nanti bakal ada pengecekan identitas diri takut-takut kalo ada teroris. Kalo pun emang benar-benar tidak bawa KTP, nanti bilang aja ke bapak kondektur PO busnya, dengan sedikit kongkalikong dan money politic tentunnya. Tapi ingat tadi bukanlah contoh yang baik!!! Sebagai WNI yang baik harusnya kan bawa selalu KTPnya dong. Yuk lanjut perjalanannya, ternyata dari Gilimanuk ke Ubung jauh juga, sampai-sampai kami bertiga ketiduran di bus.
DAY 3
Pukul 00.10 WITA bus berhenti di Terminal akhir. Kami kira sudah sampai di Ubung, eh ternyata busnya hanya berhenti sampai terminal Tabanan saja. Usut punya usut, ternyata memang semua bus dari Jawa tujuan Terminal Ubung hanya berhenti sampai Tabanan saja, maka dari itu siap-siap aja bagi kawan-kawan semua buat dikibulin kondektunya haha :D. Seperti biasa, layaknya kucing kelaparan, para calo datang dengan jurus-jurus rayuan gombalnya. Malas dengan calo, kami berjalan kaki keluar terminal berharap ada orang yang baik hati yang mau mengantar kami sampai Denpasar. Berjalan menjauh dari terminal kami sampai ke sebuah pasar, tak tau nama pasarnya apa. Kami bertanya pada seorang bapak tukang Nasgor yang kami lupa namanya tapi beliau rantauan dari Sunda,-niatnya sih mau beli nasgornya tapi ternyata udah abis- , ternyata kata si bapak jam segitu sudah tidak ada angkutan menuju Denpasar. Tadinya sih karena kasian pada kami si bapaknya mau nganter kita sampai Ubung, tapi karena si bapak Cuma pakai motor kami sungkan menerimanya, (coba kalo pakenya mobil, kan jadi lain lagi ceritanya wkwk #ngarep :P)Terjadi sedikit perdebatan antara mas Rohman dan Mas Sapto, yang satu minta kembali ke Terminal tadi, yang satunya minta stay dipasar sampai pagi tiba. Karena cuaca gerimis, akhirnya kami putuskan beritirahat sebentar dipasar sambil nunggu ujan reda. Lumanyunlah di Pasar ada listrik bisa sekalian ngecharge hp dkk.
Pukul 02.00 WITA hujan agak reda, kami ketepian jalan berharap ada angkutan dan tebengan. Ternyata Allah mendengar doa kami, 15 menit kemudian ada sebuah pick up yang mau mengantar kami sampai Terminal Ubung. Sang sopir ternyata alumni Universitas Udayana yang dulu sempat kerja beberapa bulan di Semarang, namanya Bli Komang. Bli kasih tau kami tentang angkutan apa saja yang harus kami naiki untuk sampai Lombok dan trik menghadapi calo. Nyampai tujuan beliau nyariin kami bus tujuan Lombok. Tak lupa tetep kasih uang terimaskih pada bli. Alhamdulillah ketemu orang baik di Bali. Cus naik bus Denpasar-Terminal Mandalika Lombok, AC @Rp100.000,-(Gila! Mahal banget :O! Iyasih, mengingat ongkos penyebrangan Bali-Lombok lebih mahal karena lebih jauh jaraknya ketimbang Jawa-Bali).
Pukul 03.39 WITA Nyampai Pelabuhan Padang Bai, Bali, siap ngambang sekitar 4 jam diatas laut, lumanyun bisa buat tiduran bentar. Pukul 05.00 WITA masih diatas kapal, disini kami disambut sunrise yang membelah lautan Lombok ditemani rentetan kepulauan sekitar Lombok dan kapal-kapal yang sedang lalu lalang dilaut dan itu subhanallah indah sekali J Gak ketinggalan, ambil kamera, narsis-narsis abadikan setiap momen hehe :P
Pukul 09.10 WITA akhirnya mendarat di Pelabuhan Lembar, Lombok. Huhhhhhhh!!!!! Gak sabar rasanya, karena di Pulau inilah petualangan akan dimulai. Pukul 09.55 WITA tiba di Terminal Mandalika. Calo!!!! Serasa jadi buronan, disini kami dikejar-kejar banyak calo, bahkan sampai ada sopir angkot yang selalu mengikuti kami. Sebagai komparasi saja, menurut ane pribadi calo-calo di Jawa masih lebih punya ati ketimbang calonya di Luar Jawa, maka itu dari berhati-hatilah kawan. Kuncinya tetap jalan pede aja seakan-akan kalian udah tau mau kemana, bilang juga kalo kalian udah ada yang jemput, padahal sih kagak. Yang penting bisa selamet dulu menghindar dari kawasan terminal yang penuh para perompak haha.
Laper, makan dululah di warung makan yang ada diluar terminal, @Rp11.000/porsi. Pukul 10.33 WITA dari terminal Mandalika berangkat menuju Aikmal naik minibus @Rp20.000. Di minibus kami bertemu rombongan dari Sulawesi sejumlah 4 orang (aslinya sih 6 orang, tapi yang dua nyusul). Bersama merekalah kami nanti nanjak. Oya, tips juga, kalo mau ke Aikmal mending cari minibus aja, jangan angkutan lain, soalnya lebih murah tarifnya. Jangan lupa selalu tawar harga dulu sama sopirnya.
Pukul 12.40 WITA sampai di Pasar Aikmal. Istirahat bentar sambil beri bekal diwarung, maklumlah disini udah langka yang namanya indomerot dan sejenisnya. Dan sepanjang mata melihat, sebagai anak ekonomi, saya melihat adanya sebuah monopoli yang dilakukan oleh sebuah merek airminum kemasan disini (Kalo kalian pernah ke Lombok pasti kalian tau merek yang saya maksud, namanya sih mirip band Indonesia gitu wkwk). Kembali ke topik, satu-satunya angkutan dari Aikmal ke Desa Sembalun(Jalur pendakian) adalah menggunakan Pick Up/L300 dan sejenisnya. Cari yang sedang muat sayur-sayuran atau hasil nabati lainnya, soalnya bakalan lebih murah ketimbang harus sarter yang kosongan, harganya bisa berkali-kali lipat lebih mahal. L300 Aikmal-Sembalun @Rp20.000. Selama perjalanan ke Sembalun, semuanya serba menarik, dari mulai masyarakatnya, jalannya dan juga pemandangan alamnya. Melewati kawasan hutan yang terbilang lebat untuk sebuah jalan raya, banyak monyet di sekitar jalan dan mereka tampaknya mereka sudah akrab dengan kehadiran manusia. Melewati gapura bertuliskan “Selamat datang di Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani”, wuuuuuuu excited!!! Jalan mulai menanjak, L300 berplat H yang kami tumpangi sempat berhenti sebentar untuk mendinginkan mesin. Dari sini terlihat deretan pegunungan disekitar Rinjani, dan wow pemandangan kawasan desa Sembalun yang indah. Dari atas jalan, desa Sembalun terlihat seperti sebuah desa yang dikelilingi oleh deretan pegunungan, keren B) !
Pukul 14.20 WITA daftar dulu di Basecamp Sembalun Rinjani, @Rp5000, tak seperti bc umumnya, bc sembalun ini letaknya jauh banget dari jalur pendakiannya. Naik L300 lagi, 14.55 WITA akhirnya tiba di Jalur pendakian Rinjani via Sembalun. 15 menit Ishoma sebentar.
Pukul 15.15 WITA start perjalanan dari Desa Sembalun Lawang(1065mdpl). Menuju pos 1 melewati ladang penduduk, kali kecil, hutan, beberapa jembatan dan savana yang luas. Dari Savana di kaki gunung, Rinjani keliatan Gede banget dan tujuan camp kami yaitu Plawangan Sembalun juga kliatan jauh banget. Hmmmm... bisa!! Rombongan dari Sulawesi beristirahat sebentar sembari menunggu 2 teman mereka yang menyusul, kami tetep lanjut....! Pukul 17.10 WITA, Sekitar 2 jam dari Sembalun, kami tiba di Pos 1/Pos Pemantauan(1432mdpl). Terdapat sebuah gubug dari besi disini, lokasinya masih disekitaran savana yang kering. Break 15 menit kami lanjut perjalanan.
Menuju Pos 2, sepanjang perjalan kami ditemani semburat jingga sunset dari balik Gunung Rinjani. Jangan lupa tetap foto ya hehe. Malam mulai tiba, medan masih sama dengan pos 1, bedanya mungkin jalan setapaknya mulai dari tanjakan dan turunan agak lebih tajam dari pos 1. Jarak tempuh normal kurang lebih 1 jam. Pukul 18.30 tiba di Pos 2/Pos Tengengean(1523mdl), terletak disebelah kiri jalan dari jembatan. Terdapat sebuah gubug untuk bermalam dan sumber mata air disini. Tapi jangan lupa untuk pintar-pintar memilih sumber air disini, karena boleh dibilang airnya agak sedikit keruh.
Next lanjut perjalanan...
Dari pos 2 menuju pos 3 kita akan bertemu persimpangan, disebelah kanan akan menuntun kita ke Bukit Penyesalan dan yang disebelah kiri menuju Bukit Penyiksaan/Penderitaan. Entah nama mana yang benar tapi kami memilih jalur sebelah kiri karena kami tak melihat adanya jalur disebelah kanan. Dari sinilah kesabaran kita akan diuji. Perjalanan dari pos 2 ke pos 3 sangat jauh rasanya. Medan awal berupa rumput kering dan masih melewati beberapa jembatan. Setelah lama berjalan dan sedikit beristirahat kami tak juga bertemu dengan yang namanya bukit penyesalan. Setelah melewati sungai kering dan bebatuan yang besar-besar tampak ada pos bayangan. Disinilah kami memutuskan untuk beristirahat dan bermalam. Kondisi Pos bayangan seperti Pos 2 tapi tak ada sumber air disini. Pukul 21.35 WITA buka tenda, makan, cus tidur.
DAY 4
Pukul 04.00 WITA bangun pagi, sedikit penyesuaian sebentar sama suhu yang dingin. Sip, cus jadi chef dadakan. Menu pagi itu roti bakar spesial dari Mr. Zapto ditemani segelas susu hangat J Pukul 05.45 WITA siap nanjak lagi. Medan mulai menanjak. Kemungkinan sudah mulai memasuki bukit penyesalan. Cuaca mulai panas, sepanjang perjalan hanya berupa tanjakan tajam yang kering sesekali melewati hutan. Disitu kami bertemu dengan beberapa porter dan rombongan bulenya, dan ternyata benar kami telah tiba di bukit penyesalan. Carrier yang berat dengan cuaca yang kering panas menambah berat perjalanan kami. Pantaslah jalur ini disebut bukit penyesalan!! Beberapa kali kami sempat break dijalan, maklum yang lain pakai porter kami mah kagak, namanya juga pendaki sejat(wkwkw #ngeles:Dy). Kalo kagak salah ada 9 bukit yang kami lewati sebelum sampai di igir-igir punggungan. Pukul 09.22 WITA tiba di igir-igir break dulu sambil liat pemandangan medan Rinjani tampak jelas dari sini. Sepanjang mata, untuk sampai puncak hanya berupa pasir dan kerikil. Selanjutnya dari igir-igir belok kiri menuju pos pendakian terakhir.
Pukul 10.20WIB tiba di Plawangan Sembalun(2708mdpl). Tempatnya cukup luas untuk mendirikan tenda. Disinilah semua porter berkumpul. Sampai sana kami disambut angin yang bertiup kencang disertai kabut. Sebenarnya kalo cerah, dari sini bisa terlihat Ikonnya Gunung rinjani, yaitu Danau Segara Anakan beserta Gunung Jari(2376mdpl) yang merupakan Gunung didalam Gunung. Karena sumber air kami sudah menipis, saya dan Mas Rohman dengan rela hati mengambil air yang jaraknya cukup jauh dari tenda kami sementara Mas sapto melanjutkan pekerjaannya di tenda, yaitu tidur(-_-“). Hati-hati jika ingin menuju mata air soalnya akses jalannya sedikit curam. Tak banyak yang bisa kami lakukan hari itu, agaknya cuaca kurang mendukung, angin bertiup kencang sekali dan suhu mulai dingin, bahkan nutrijel yang kami buat terhitung cepat untuk mengeras. ((Warning: Di Pos Plawangan Sembalun hati-hatilah dengan makanan Anda, monyet disini tergolong agresif, kalo kagak percaya coba aja tanya sama Mas Rohman, gimana takutnya saat dikejar dan mau digigit mereka!!)) Seharian kami hanya ditenda, yah itung-itung istirahat buat nyiapin fisiklah, soalnya planning jam 2 pagi esok sudah perjalanan summit attack. Okay, cukup hari keempatnya, have a nice dream J
DAY 5
Pukul 02.00 WITA wake up!!! Dingin, anginnya kenceng banget! Saking kencengnya tenda kami melengkung dan harus kami ikat dengan tali, takutnya kalo nanti kami tinggal tendanya kebawa angin. Barang-barang selain logistik, Senter, p3k, kamera dan plakat biru bertuliskan Rinjani 3726mdpl kami tinggal. Dan kali ini saya yang bertugas membawa tas (heedeeehh, tugas negara sob!) Tampaknya untuk hari itu kamilah yang paling pagi berangkat menuju puncak dari rombongan lain.
Plawangan menuju Puncak, jalur hanya berupa pasir, batu dan tanah, katanya sih mirip kalau mau ke Mahameru. Pada medan pertama kita akan melewati tebing berpagar yang sisi kanannya adalah jurang. Untuk mendaki sampai ke puncak agaknya tidak diperlukan alat bantu, cukup STAMINA, SEMANGAT dan KESABARAN!! Estimasi waktu kami untuk sampai puncak adalah 4 jam. Jalur pasir+berangin, satu langkah maju, setengah langkah turun. Sampai ke sebuah tikungan jalur mulai terbuka, meyusuri bibir kaldera. Kanan kiri sama-sama jurang. Tidak ada pilihan selain lanjut terus. Dari sini tampak samar danau Segara Anakan disebelah kiri kami. Kami disusul oleh 2 orang bule dari Perancis beserta 1 porternya. Mereka tampak santai berjalan, padahal suhu kala itu bagi kami dingin banget(yaiyalah! Mereka tinggal disubtropis). Sempat kewalahan dengan medan, angin dan suhunya, Mr. Sapto tampak meredup. Dengan kekuatan bulan dan bintang saya bantu beliau dengan menarik tangannya selama perjalanan. Apesnya, slayer penutup muka saya terbang kawur angin mlebu jurang, mesakne tenan... Tambah atis wae rasane, muka terasa kaku.
Pukul 06.10 WITA, finally.....Touching Rinjani!!!! Meski dengan tertatih akhirnya sampai di 3726mdpl, puncaaakkkk :O Hal pertama yang saya lakukan adalah sujud syukur kepadaNya, apalah arti kita seorang manusia tanpa adanya Sang Pencipta. Haru dan seneng banget bisa sampai puncak. Meski sunrise sudah setinggi kepala, kami tetap bersyukur, karena itulah matahari pertama ditahun baru Islam 1435H J, alhamdulillah bisa merayakan tahun baru di Puncak Rinjani. Sang ikon, Segara Anakan terlihat begitu luas dan indah banget. Kepulauan NTB dengan gugusan pantai Gilinya menambah sempurna pemandangan pagi itu. Dari atas sini semakin meyakinkan saya untuk tak pernah menyesal jadi bagian dari indonesia, dengan segala keindahahan dan keragaman didalamnya, so amazing. Hari itu orang Indo yang sampai puncak cuma rombongan kami dan teman-teman dari sulawesi, sisanya Cuma bule-bule. Cus pasang plakat, tancepin, photo-photo:)y
Pukul 07.00 WITA dari puncak turun ke Camp, tak mau lama-lama di puncak, karena matahari pun telah ditelan kembali oleh kabut dan angin. Sepanjang perjalan turun tak henti-hentinya kami memotret mengabadikan sang ikon dari setiap sudut. Sayang, waktu menghalangi kami untuk turun ke Segara AnakanL
Pukul 10.05 WITA sampai camp, packing, berdoa, perjalanan turun. Kami turun lewat jalur Sembalun lagi, tak mau lewat jalur Senaru karena akan memakan waktu lama dan takut nanti di marahin mas Rohman hihi :D
Pukul 16.40 WITA tiba di Sembalun Plawangan. Sempat bingung cari angkutan sayur karena sudah kesorean. Yang ada hanya L300 kosong dan kita harus mensarternya sebesar Rp300.000! Alhamdulillah, ada bapak-bapak yang baik nyariin kita angkutan sayur tapi cuman sampai desa sebelum Sembalun Plawangan, katanya dari sana masih ada angkutan yang menuju Aikmal. Yah ketimbang ribet ambil aja. 1 orang dari rombongan Sulawesi ikut kami, karena rombongan lainnya turun via Senaru, tarifnya@Rp5000. Sampai tujuan mampir makan dulu, @Rp5000. Dari sana kami cari L300 lagi dengan tujuan Aikmal. Ketemu!! Tapi perjalan kami molor karena sang sopir ada suatu hal. Akhirnya dari sana kami berangkat pukul 20.00 WITA dengan kondisi truck penuh sayuran, terpaksa kami tidur diatasnya. Sepanjang perjalanan menatap kelangit penuh bintang yang banyak sekali seakan mengucapkan salam perpisahan pada kami, yap, inilah malam terakhir kami di Lombok. Perlahan Rinjani mulai menghilang ditelan kegelapan.
DAY 6
Sempat mengalami banyak kejadian dijalan, pukul 00.13 WITA tiba di Pelabuhan Lembar, Lombok. Sang sopir mau mengantar kami sampai pelabuhan, tentunya dengan tambahan charge, L300 Sembalun-Lembar @Rp30.000. Sampai pelabuhan beli tiket ke Padang Bai @Rp60.000. Cus naik kapal, tidur. Pukul 05.20 WITA sampai di pelabuhan Padang Bai, next cari Bus jurusan Gilimanuk, AC @Rp35.000. Selama perjalan dibus, suasana budaya Bali kerasa banget, pasalnya waktu itu baru aja selesai hari raya Galungan, so, kotanya masih penuh dengan hiasan. Pukul 08.30 WITA bus ngetem setengah jam di pasar Semarapura, Bali(Pasar Buah), lumanyunlah beli sekilo salak bali yang pahit sama sekilo jeruk buat teman perjalanan. Pukul 11.48 WITA tiba di pelabuhan Gilimanuk. Nyebrang dari Gilimanuk ke Ketapang @Rp15.000. Sekali lagi dari atas kapal say goodbye buat BaliL.
Pukul 12.17 WIB sampai di Ketapang, seperti biasa, calo!!! Tetp cuek dan stay cool aja. Tergoda mie ayam, makan dululah @Rp4000, esteh @Rp1500. Dari pelabuhan ke terminal yang bayangan banyuwangi naik angkot, @Rp4000. Pukul 13.05 WIB dari terminal bayangan naik bus ke Terminal Bungurasih SBY, eko @Rp30.000. Perjalan menuju Surabaya kami melewati Taman Nasional Baluran dengan ciri khas savananya yang kering, pantaslah disebut Afrikanya Indo, namun dari pinggir jalan monyetnya keliatan kurus-kurus, kasian. Pukul 18.20 WIB tiba di Terminal Bungurasih, saatnya berpisah dengan Mas Rohman, beliau naik bus jurusan Jogja untuk selanjutnya oper lagi ke Kebumen. Sedangkan saya dan Mas Sap langsung naik Bus jurusan Semarang. Masih sama ongkosnya, SBY-SMG, AC @Rp80.000+makan.
DAY 7
Pukul 05.40 WIB tiba di Kota Tercinta, Semaaraaannggg :D. Dari Terminal Terboyo kami lanjut naik BRT/Busway, soalnya tarifnya sama saja dengan bus umum dan yang pasti lebih nyaman, @Rp3.500. Turun Di Halte Dominico Savio. Lanjut ambil motornya Mas Sap yang diparkir di RST. Yah meski saya harus dibuat jalan sehat dulu buat menghindari Polisi karena gak bawa helm, but its okay. And the end, Pukul 07.00 WIB, finally kembali ke kos tercinta dengan selamatJ
Yup, itulah sedikit pengalaman pendakian Rinjani yang bisa saya share pada temen-temen. (Sedikit apanya coba??!! haha:P). Ingat!! jangan pernah bosen menjadi Indonesia. Terlepas dari masalah para kerah putihnya, Indonesia itu indah, kaya, budayanya kece, alamnya keren! Kalo kagak keren ngapain coba bule-bule pada kesini?? Hmmm... Kelak insha Allah saya mau ke Rinjani lagi, masih belum puas rasanya kalo belum ke Segara Anakannya hehe, keliling-keliling Lombok, keliling-keliling NTB, keliling-keliling indonesia!! Aammiiinn J
Oya, berikut kiraan budget selama perjalan Touching Rinjani (Keperluan logistik silahkan dikira-kira sendiri)
Berangkat
Taxi RST-Johar : Rp 15.000
Angkot Johar-Terboyo : Rp 5.000
Bus SMG-SBY : Rp 80.000
Bus SBY-Probolinggo : Rp 47.000
Bus Jember-Tabanan, Bali : Rp 60.000
Nebeng Tabanan-Ubung : Rp 15.000
Bus Ubung, Bali-Mandalika, Lombok : Rp100.000
Minibus Mandalika-Aikmal : Rp 20.000
L300 Aikmal-Sembalun Plawangan : Rp 20.000
Tiket Pendakian : Rp 5.000 +
Jumlah Rp367.000
Pulang
L300 Sembalun Plawangan-Sembalun : Rp 5.000
L300 Sembalun-Pelabuhan Lembar : Rp 30.000
Tiket Kapal Lembar-Padang Bai, Bali : Rp 60.000
Bus Padang Bai-Gilimanuk, Bali : Rp 35.000
Tiket Kapal Gilimanuk-Ketapang : Rp 15.000
Angkot Ketapang-Terminal Bayangan : Rp 4.000
Bus Banyuwangi-Bungurasih, SBY : Rp 30.000
Bus SMG-SBY : Rp 80.000
BRT Terboyo, Semarang-RST : Rp 3.500 +
Jumlah Rp262.500 +
TOTAL Rp629.500
dan ini nih link buat liat album foto perjalanan kami selama di rinjani :) https://www.facebook.com/rendy.irawan.14/media_set?set=a.600676433314518.1073741861.100001164993520&type=3
Sumber : http://rendyirfam.blogspot.com/2013/12/perjalanan-gunung-rinjani-via-sembalun.html