-->

Dinsdag 24 Februarie 2015

Rusdi Kirana Pemilik Lion Air Ini Awalnya Hanya Sales Mesin Ketik Bergaji Rp 75 Ribu

kotabontang.net - Rusdi Kirana Pemilik Lion Air Ini Awalnya Hanya Sales Mesin Ketik Bergaji Rp 75 Ribu - Dua bersaudara mengelola Grup Lion, maskapai swasta terbesar di Indonesia. Lion berniat membangun proyek pengembangan bandara Halim Perdanakusuma Jakarta senilai 400 juta dollar AS (Rp 5 triliun).

Demikian kutipan situs media ekonomi Forbes tentang Rusdi Kirana dan Kusnan Kirana.

Dua pemilik maskapai Lion Air itu dinobatkan sebagai peringkat ke-16 orang terkaya di Indonesia.

Kekayaan mereka berdua ditaksir mencapai 1,7 miliar dollar AS atau sekitar Rp 21,8 Triliun pada akhir 2014.

Peringkat pemilik Lion Air ini meningkat dari setahun sebelumnya menurut Forbes yaitu di posisi ke-29 deretan orang kaya di Indonesia.

Menurut situs Lion Air, maskapai itu mengklaim sebagai perusahaan penerbangan swasta terbesar di Indonesia.

Lion Air kini terbang ke lebih dari 36 kota di Indonesia dan banyak tujuan-tujuan penerbangan lainnya, seperti Singapura, Malaysia dan Vietnam dengan armada Boeing 737-900ER.

Siapa Rusdi Kirana dan Kusnan Kirana? Dari kedua tokoh pemilik Lion Grup itu, Rusdi lebih banyak tampil ke publik.

Bukan hanya soal bisnis, nama Rusdi Kirana juga beredar di kancah politik.

Menurut catatan Tribunnews, Rusdi Kirana pernah mengikuti pembekalan Caleg Partai Demokrat meski tak berlanjut.

Begitu pula dengan Konvensi Calon Presiden dari partai yang dipimpin oleh Susilo Bambang Yudhoyono. Rusdi kembali batal berpartisipasi.

Namun cerita berbeda dengan PKB. Rusdi Kirana terpilih menjadi Wakil Ketua Umum memimpin PKB bersama Muhaimin Iskandar yang kembali terpilih menjadi Ketua Umum PKB.

Atas jabatannya tersebut Rusdi mengucapkan terima kasih kepada Muhaimin yang menerimanya di PKB.

“Saya percaya, bersama PKB, kita bisa mewujudkan ‘Indonesian Dream’ itu,” ujar Rusdi dalam pernyataannya, Minggu (12/1/2013).

Dari cerita yang dia sampaikan sendiri. Rusdi tampak bukan orang yang baru dalam politik. Setidaknya dia mengikuti perkembangan dunia politik termasuk imbasnya ke iklim bisnis.

Rusdi mengakui era reformasi yang dimulai pada 1998 ikut mengubah hidupnya.

Era reformasi membuka peluang bagi Rusdi untuk menapaki puncak kariernya. Dia bukan pebisnis yang berasal dari kelas elite.

Sebelum memiliki kekayaaan senilai Rp 21 triliun, Rusdi pernah menjadi salesman produk mesin ketik. Saat itu dia hanya menerima gaji Rp75 ribu per bulan.

Reformasi membuka peluang siapapun untuk memulai kembali hidupnya. Rusdi pun menjajal bisnis biro perjalanan. Sukses dalam bisnis biro perjalanan, membuat Rusdi bersaudara bisa menabung untuk membeli satu armada pesawat.

"Memulai bisnis agent travel pada masa Orde Baru menjadi akhirnya memiliki maskapai sendiri. Ini sesuatu yang mengagumkan," kata Rusdi.

Rusdi menuturkan meskipun menjadi pengusaha dirinya tetap menaruh perhatian kepada dunia politik. Sehingga saat ia menemukan partai yang cocok baginya maka ia pun terjun ke dunia politik.

Sebelum namanya berkibar di dunia politik. Rusdi lebih banyak tinggal di Singapura bersama keluarganya. Salah satu alasannya adalah anak-anaknya yang sekolah di Singapura.

Kini dua anaknya sudah menyelesaikan sekolah di Singapura dan melanjutkan kuliah di AS. Namun masih ada seorang lagi anaknya yang tengah menimba ilmu di Singapura.

"Jadi saya masih ketemu anak saya di Singapura," katanya.

Dengan terpilihnya Rusdi menjadi Wakil Ketua Umum PKB, ia berjanji akan membagi waktunya di Indonesia. Apalagi, saat itu PKB mulai berkampanye menjelang Pemilu 2014.

"Saya bagi waktu, ini soal memanage waktu tapi akan lebih banyak tinggal di Indonesia," kata Rusdi.

Jauh hari sebelum kisruh jadwal terbang Lion Air yang terjadi Jumat (20/2/2015), Rusdi pernah berbicara soal delay.

"Kami punya penerbangan satu hari 700 kali. Kami tidak bisa lepas dari itu delay," kata Rusdi saat ditemui seusai acara Penandatanganan Perjanjian Kerjasama Antara PBNU dengan Lion Group dan Peresmian Kantor NULion di Jakarta, Sabtu (17/5/2014)

Lebih lanjut, dia mengatakan, jika penerbangan tertunda terlalu lama dari jadwal yang ditentukan, perseroan menyediakan konpensasi bagi penumpang yang dirugikan.

"Kami berikan apa yang harus diberikan pada penumpang, seperti kompensasi (uang ganti rugi)," tutur Rusdi

Previous
Next Post »