-->

Dinsdag 24 Februarie 2015

Tukang Pijat Spa Nekat Bakar 3 Gadis dan 1 Pria

kotabontang.net - Kayubi, 43, warga Desa Kalipecabean RT 03 RW 1, Kecamatan Candi, benar-benar nekat. Tukang pijat spa di Surabaya itu, Rabu (18/2) siang nekat membakar empat karyawan sebuah dealer sepeda motor yang merupakan teman anaknya sendiri, Wiwit Sistaresmi Yunianti, 19.

Empat korban harus dilarikan ke RSUD Sidoarjo, Jawa Timur. Satu diantaranya, Andri Kristanto,26, warga Desa Sumput RT 05 RW 02, Kecamatan Sidoarjo masih menjalani rawat inap.

Korban lainnya, Nur Khuliyanto,20, warga Desa Besuk Sambang Rejo RT 08 RW 03, Sukodono, Eka Cahya Wulandari, 19, warga Jalan Raya Celep RT 06 RW 02 Kelurahan Celep, Kota, dan Nuria Anggraeni, 22, warga Sedati Gede RT 14 RW 07, Sedati, sudah diperbolehkan pulang.

Untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, tersangka Kayubi harus mendekam di tahanan Mapolsek Candi.

Yang bersangkutan ditangkap beberapa saat setelah Emi, 22, sebagai istri korban Andri Kristanto melaporkan aksi pembakaran yang terjadi di rumah tersangka tersebut.

Kapolsek Candi Kompol Eko Djoko mengatakan, tersangka sudah menganiaya keempat korban dengan menyiram bensin dan disulut korek api. Empat korban mengalami luka bakar, tetapi untungnya, tiga korban sudah diperbolehkan pulang.

“Hanya Andri yang masih dirawat di RSUD Sidoarjo, dan kini kondisinya sudah membaik,” katanya.

Eko menjelaskan, motif tersangka nekat membakar ke empat korban karena tidak terima anaknya diajak menginap ke Tretes. Namun, kekecewaan tersangka ini berlebihan.

Dari hasil olah tempat kejadian perkara, polisi menemukan botol bensin, dan korek api, “Kami jerat tersangka dengan pasal penganiayaan,” imbuhnya.

Sementara itu, Kayubi mengaku menyiram tubuh para korban dengan bensin yang kebetulan ada di dalam botol air mineral.

“Saya memang menyiram korban, tetapi tidak berniat membakarnya. Saya hanya menyulut korek, tetapi api langsung menyambar,” katanya.

Kayubi bercerita, anaknya bernama Wiwit diajak keempat korban ke Pacet pada tanggal 17 Februari 2015 pukul 18.00, dengan alasan pekerjaan dan harus mengadakan pameran di Pacet.

“Awalnya saya tidak mengijinkan anak saya (Wiwit, red) berangkat ke Pacet. Orang tua mana yang rela anaknya kerja di malam hari. Namun, karena itu tuntutan pekerjaan mau bagaimana lagi (akhirnya dizinkan, red),” kata Kayubi kepada Radar Sidoarjo (Grup JPNN.com), Senin (23/2).

Masih kata Kayubi, Andri selaku supervisor memberikan jaminan keselamatan kepada anaknya. Apalagi even di Pacet tidak akan berlangsung lama, dan akan membawa pulang Wiwit ke Sidoarjo pukul 22.00.

Setelah kepergian Wiwit, Kayubi mengaku selalu komunikasi dengan putri satu-satunya itu, tetapi pada pukul 22.00, keraguan mulai muncul. “Jam 10 (22.00) itu, saya sms (Wiwit, red) tanya apa sudah perjalanan balik ke Sidoarjo. Ternyata anak saya jawabnya belum karena masih makan di warung depan pemandian air panas,” ungkapnya.

Kayubi mengaku berusaha menepis angan-angan buruknya. Dia menunggu kabar pulang dari putrinya itu. Namun hingga pukul 24.00, belum juga ada kabar. Dia pun terpaksa menghubungi putrinya melalui pesan singkat yang berbunyi,

“Apa sudah pulang mbak, sudah nyampai mana?”. “Wiwit hanya menjawab tidak jadi pulang, karena ada temannya yang muntah-muntah. Dia (Wiwit, red) berpamitan untuk menginap,” paparnya.

Kekhawatiran tersangka semakin bertambah, saat handphone Wiwit tidak aktif. “Padahal, saya telpon dia itu setelah ada balasan sms dari dia. Namun, nomor sudah tidak aktif.

Kayubi mengaku sempat ingin menyusul putrinya ke Pacet. Namun, karena pertimbangannya waktu, ia mengurungkan niatannya. Hingga keesokan hari (Rabu, 18/2) pagi, Wiwit belum memberikan kabar kepada tersangka.

“Saya baru dapat kabar Wiwit itu sekitar pukul 09.00 itu sudah perjalanan balik,” ungkapnya.

Dia mengaku tidak marah kepada Wiwit saat tiba di rumah. Ia justru bersyukur karena putrinya kembali ke rumah dengan selamat. Namun, naluri kebapakannya muncul saat mendengar pengakuan Wiwit, bahwa ke empat temannya itu membawanya ke Tretes bukan ke Pacet.

“Kepala saya langsung pusing, dan inisiatif mencari Andri untuk tanggung jawab kepada anak saya,” paparnya.

Kayubi pun mendatangi rumah Andri di Sumput. Kebetulan di sana juga ada tiga teman yang malam itu juga pergi bersama Wiwit ke Tretes. Maka, ke empatnya pun diajak ke Kalipecabean.

Di rumah tersangka, Andri dkk di minta untuk berdiri di ruang tamu. Kemudian sekelilingnya di siram menggunakan bensin. Tujuannya, ingin memberikan efek jera kepada keempat orang itu dengan menakuti-nakuti menggunakan korek api.

“Saya sangat menyesal sekali, karena tidak ada niatan sedikitpun untuk menyulut korek itu. Pas saya buka koreknya, api langsung menyambar bensin,” ungkapnya. (gal/nug)

Previous
Next Post »